Tuhan, Akhir; -nya Saya Memilih Berdosa
Di depan api, pisau mengkilap itu bekerja keras melakukan tugasnya. Merah menyala bukan hal biasa. Sengat panas bakaran itu tak bermakna. Apakah tanya ini sampai ke telinga Tuhan?
Sebelum orang-orang paham, suara itu bukanlah apa-apa. Aspirasi itu tidak ada gunanya. Apalagi langkah kakinya, tak ada harga dirinya. Lalu, apakah tanya ini juga sampai ke telinga Tuhan?
Dia; seperti pengecut, 'kan? Melarikan diri menuju kebebasan di lautan terdalam. Menegak ribuan jenis anti depresan bersama racun-racun yang tak kunjung karam. Memotong urat nadi sendiri sembari sempoyongan usai bermalam. Atau, menyematkan seutas tali setelah mengganti gantung harapan itu dengan kepalanya sendiri bersama epilog kelam.
Dia; kemudian tersemat kata 'pendosa'. Padahal pilihan itu haknya bukan kewajiban manusia. Apakah pertanyaan manusia berdosa ini sampai ke telinga-Nya? Apakah izinnya itu sampai ke arsy tanpa polisi sejenis hama? Tuhan hendak menghukum siapa?
Tuhan, akhir; -nya saya memilih berdosa. Ketika harapan manusia itu jatuh dalam perangkapnya sendiri; saya bunuh diri— menghakimi sampai mati; kepada saya, sesama manusia; saya juga manusia, padahal kabar burung itu esok pasti tenggelam bersama asumsi publik yang terlalu lantang mematikan.
Date: 14.07.2023
Oleh: Kata Aksara